PULUHAN anak-anak muda sore itu, 1 Juni 2018 memasuki pelataran pendopo Sedulur Sikep Samin di Dukuh Karangpace, Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo. Dukuh Karangpace ini dapat ditempuh sekitar 15-an menit dari Blora Kota ke arah Randublatung.
Anak-anak muda ini kebanyakan menggunakan kaos seragam berwarna hijau terang, merupakan kaos suporter sepakbola, menyebut diri sebagai Saminista. Mereka diundang untuk turut berbuka puasa bersama di pendopo, bersama belasan warga Sedulur Sikep Samin.
"Ini kita undang mereka untuk buka bersama dalam rangka syukuran hari lahir Pancasila," terang Lek Radi, salah satu tokoh Sedulur Sikep Samin di Dukuh Karangpace.
Berbagai hidangan telah mulai disajikan setengah jam sebelum waktu berbuka tiba. Ada buah semangka dan jeruk, sayur asem, sayur gori, kering tempe, urap, lauk tempe dan ayam rebus, tak ketinggalan krupuk. Minumannya es sirup.
Berbagai hidangan ini diolah di rumah Mbah Waini, istri dari Mbah Lasiyo—sesepuh dari sedulur sikep di pedukuhan ini. Ada 5 perempuan warga sekeliling pendopo yang turut membantu Mbah Waini memasak dari siang hingga sore.
Saat waktu berbuka tiba, dengan duduk melingkar, doa pun dibacakan bersama dengan dituntun Lek Radi yang sempat memberikan sedikit kata pengantar sambutan.
Buka bersama dengan anak-anak muda yang tergabung dalam Saminista ini merupakan rangkaian terakhir dari memperingati hari lahir Pancasila yang sudah 2 tahun ini sejak Pemerintahan Presiden Joko Widodo menetapkan untuk diperingati. Di tahun lalu yang juga masih dalam suasana Ramadan, acara yang sama juga digelar peseduluran sikep di Dukuh Karangpace.
"Kami memulai peringatannya pada kemarin, 31 Mei. Karena bagi kami, setelah sore itu sudah memasuki tanggal 1 Juni. Kami tidak adakan upacara bendera seperti yang kabarnya sempat beredar," kata Mbah Poso, orang kedua dari sesepuh sedulur sikep di Dukuh Karangpace, Jumat, 1 Juni 2018.
Peringatan pada 31 Mei itu digelar dengan doa bersama. Ada 60-an kepala keluarga di RT 1 Pedukuhan Karangpace yang menggelar doa bersama, juga jelang buka puasa bersama.
"Lalu malamnya, jelang tengah malam kami melakukan ritual di perempatan sana," kata Mbah Poso sambil menunjuk suatu tempat di pemukiman sebelah selatan pendopo, tanpa merinci ritual apa yang dilakukan.
Bagi warga peseduluran sikep, kata Mbah Poso yang tinggal di Desa Karangtalun di kecamatan yang sama dengan Desa Klopoduwur, pancasila merupakan nafas keseharian mereka.
"Jadi sebetulnya, jauh sebelum dipadatkan dalam bentuk peringatan oleh pemerintah, kami sudah memperingatinya, meski tidak di bulan Juni. Kami tiap tahun, di bulan Sura juga memperingati pancasila ini. Sebab ada unen-unen di jaman dulu oleh para sesepuh, kalau ada yang berbuat jahat akan ditegur dengan: apakah sudah lupa dengan pancasilamu," jelas Mbah Poso. (*)